Tampilkan postingan dengan label Fisiologi Hewan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fisiologi Hewan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Oktober 2016

Proses Biokimia Pencernaan Makanan pada Manusia

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.


Manusia memerlukan senyawa organik antara lain karbohidrat, lipid dan protein sebagai sumber energi yang digunakan untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnya. Makanan yang diperoleh tersebut harus dicerna oleh sistem pencernaan yang melalui empat tahap yaitu memasukkan makanan ke dalam tubuh (ingesti), mengubah makanan yang kompleks menjadi sederhana (pencernaan), menyerap hasil pencernaan serta membawanya ke dalam darah (penyerapan), dan mengeluarkan sisa makanan yang tidak tercerna ataupun yang tidak diserap oleh tubuh (defakasi). Bahan makanan yang tercerna dan terserap oleh tubuh digunakan oleh sel tubuh sebagai sumber energi dan bahan pembangun tubuh. 

Setelah mendapatkan makanan, maka harus dicerna dengan baik agar sari-sarinya dapat diserap oleh sel-sel tubuh. Pada manusia dan hewan tingkat tinggi, makanan dicerna dalam saluran khusus yang pada umumnya sudah berkembang dengan baik. Dalam saluran pencernaan tersebut terjadi proses pencernaan secara mekanik dan kimiawi, proses mekanik hanya mengubah molekul yang besar menjadi molekul yang lebih kecil, proses kimianya menggunakan enzim agar molekul makanan tersebut menjadi molekul sederhana yang dapat diserap oleh usus. Berbagai molekul yang besar harus diubah menjadi lebih kecil, agar penyerapannya lebih mudah. Pemecahan molekul tersebut dapat menggunakan enzim-enzim yang sesuai dengan substratnya. 

A. Pencernaan Lipid

Empedu memiliki peranan yang penting dalam pencernaan lemak sebab memiliki kandungan garam-garam empedu seperrti Na-taurocholat dan Na-glikocholat yang mampu mengemulsi lemak dengan cara menurunkan daya tegang permukaan (Pringgodigdo, dkk, 2001). Garam-garam empedu tersebut mempunyai daya kerja detergen atas partikel lemak di dalam makanan, yang menurunkan tegangan permukaan partikel dan  mengizinkan gejolak mekanik di dalam tractus intestinalis untuk memecah globulus lemak menjadi ukuran kecil sehingga memudahkan absorpsi lemak, monogliserida, kolesterol dan lipid (Gambar 1). 

Gambar 1. Proses Emulsifikasi Lemak.

Proses tersebut merupakan proses emulsifikasi lemak yang terjadi dengan bantuan empedu di hati yang memiliki pigmen bilirubin dan biliverdin (Yatim, 1999). Pencernaan lemak tersebut dibantu dengan enzim lipase usus, lipase lambung, dan lipase pankreas dengan cara menghidrolisis lemak dan trigliserida menjadi digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak bebas. Lipase dalam bentuk zimogen (prolipase) akan diaktifkan oleh protein khusus dari sel epitel khusus (kolipase) sehingga dapat memecah lipid menjadi asam lemak. (Isnaeni, 2006). Meskipun empedu tidak mengandung enzim pencernaan, tetapi mempunyai fungsi ganda dalam pencernaan. Sifatnya yang basa, bersama dengan sekresi dari pankreas, menetralkan makanan asam yang keluar dari lambung dan menciptakan pH yang baik untuk keja enzim pankreas dan enzim usus. (Ville. dkk, 1988)

B. Pencernaan Kabohidrat

Pencernaan karbohidrat yaitu pati dan glikogen dimulai oleh amilase ludah yang berasal dari dalam rongga mulut yang berlanjut dalam usus halus. Amilase pankreas menghidrolisis pati, glikogen dan polisakarida yang lebih kecil menjadi disakarida termasuk maltosa. Enzim maltase menyempurnakan dan menyelesaikan maltosa dan memecahnya menjadi dua molekul glukosa. Maltase adalah satu anggota keluarga disakaridase dan masing-masing enzim spesifik untuk menghidrolisis disakarida yang berbeda. 

Disakaridase dibuat dan berada dalam membran dan matriks ekstraseluler yang menutupi epitelium usus halus. Jadi, tahap akhir pencernaan karbohidrat yaitu tahapan yang menghasilkan monomer yang kaya energi terjadi dimana monomer ini akan diserap ke dalam darah. (Guyton,1995). Penyerapan glukosa dari lumen usus terjadi melalui difusi dipermudah atau transpor aktif sekunder, dengan bantuan ion natrium (Na+). Dalam hal ini, glukosa sebenarnya diserap dengan difusi dipermudah, sedangkan transpor aktif diperlukan untuk memompakan natrium dari dalam ke luar sel epitel usus agar kondisi homeostatis tetap terjaga.(Isnaeni, 2006)


C. Pencernaan Protein

Pencernaan protein dalam usus halus melibatkan penyelesaian pekerjaan yang dimulai oleh pepsin dalam lambung. Lambung dalam duodenum melibatkan pembongkaran peptida menjadi komponen asam amino atau menjadi peptida kecil. Tripsin dan kimotripsin bersifat spesifik untuk ikatan peptida yang berlekatan dengan asam amino, jadi polipeptida diputus-putus menjadi rantai yang lebih pendek. (Campbell, 2004). Enzim yang mengurai protein ada dua yaitu tripsin dan kimotripsin. Enzim-enzim ini melanjutkan pencernaan protein. Kimotripsin mematahkan ikatan peptida yang sama seperti yang dilakukan pepsin (aksi pepsin berhenti bila natrium bikarbanat menaikkan pH isi usus). Tripsin mematahkan ikatan peptida pada sisi C terminal dari arginin dan lisin. 


Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Mekanisme Reproduksi Pada Manusia Menurut Biologi, Disertai Gambar

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.


Sistem reproduksi pada hewan vertebrata dan sistem reproduksi manusia memiliki perilaku yang kompleks. Seks pada manusia ditandai dengan berbagai macam stimulus (rangsangan) dan respon. Dalam mekanisme sistem reproduksi pria dan wanita terdapat dua jenis reaksi fisiologis yang dominan yakni vasokongesti dan miotonia. Vasokongesti adalah pengisian jaringan dengan darah yang disebabkan oleh peningkatkan aliran darah melalui arteri jaringan tersbut, sedangkan miotonia adalah peningkatan tegangan otot, baik otot rangka maupun otot polos yang berkontraksi terus menerus dan berirama (ritmik), termasuk kontraksi orgasme.

Baca Juga: Beginilah Bentuk Asli Sel Telur Manusia Saat Ovulasi

Adapun mekanisme reproduks seksual manusia ada empat siklus yaitu: keterangasangan (excitement), plateau, orgasme, dan resolusi (penyelesaian). Siklus tersebut dipelorpori oleh William H. Masters dan Virginia E. Johnson dalam bukunya yang berjudul Human Sexual Response (1966).

Gambar 1. Siklus Respon Seksual

1. Fase Keterangsangan

Pada tahap awal ini, keterangsangan adalah persiapan vagina dan penis untuk melakukan koitus (berhubungan seks, Gambar 2). Selama tahapan ini terjadi proses vasokongesti yang terlihat jelas seperti ereksi pada penis dan klitoris; pembesaran testis, labia, dan payudara; serta terjadi lubrikasi pada vagina. Kondisi miotonia juga terjadi seperti ereksinya puting susu serta tegangnya tangan dan kaki.

Gambar 2. Hasil MRI saat koitus pada manusia.
Keterangan:  P=penis, Ur=uretra, Pe=perineum, U=uterus (rahim) ,
S=simfisis, B=bladder (kandung kemih) , I=intestine (usus halus) ,
L5=lumbar 5, Sc=scrotum. credit: Schultz, et al (1999).


2. Fase Plateau 

Fase selanjutnya, pada perempuan, sepertiga bagian terluar vagina mengalami vasokongesti, sementara duapertiga bagian dalam menjadi sedikit membesar. Perubahan ini, ditambah dengan elevasi atau naiknya uterus, membentuk cekungan yang menerima sperma pada bagian belakang vagina. Frekuensi pernapasan meningkat dan denyut jantung meningkat, kadang-kadang sampai 150 denyutan per menit. Kondisi fisiologis tersebut bukan sebagai respons terhadap upaya fisik aktivitas seksual itu, tetapi sebagai respons tidak sadar terhadap perangsangan sistem saraf otonom. 

3. Fase Orgasme 

Kondisi ini ditandai dengan kontraksi secara berirama dan tidak sadar pada struktur reproduksi kedua jenis kelamin. Orgasme laki-laki terdiri atas dua tahapan, yakni: (1) Emisi adalah kontraksi kelenjar dan duktus dari saluran reproduksi (2) Ekspulsi atau ejakulasi yang terjadi ketika uretra berkontraksi dan cairan semen dikeluarkan.

Selama orgasme perempuan, uterus dan vagina bagian luar akan berkontraksi, tetapi dua pertiga bagian dalam vagina tidak berkontraksi. Orgasme adalah fase terpendek siklus respons seksual, yang umumnya hanya berlangsung selama beberapa detik. Pada kedua jenis kelamin, kontraksi-kontraksi terjadi dengan interval sekitar 0,8 detik dan bisa melibatkan kontraksi sfingter anus dan beberapa folikel dan beberapa otot perut / abdominal.

4. Fase Resolusi 

Fase resolusi yakni menyelesaikan dan menyempurnakan siklus seks dan mengembalikan respons yang terjadi di tahapan sebelumnya. Organ yang mengalami vasokongesti kembali ke ukuran dan warna normal dan otot berelaksasi. Sebagian besar dari perubahan selama resolusi diselesaikan dalam waktu 5 menit. Akan tetapi, hilangnya ereksi penis dan klitoris bisa memerlukan waktu yang lebih lama.


Dari empat siklus tersebut, berikut adalah gambar fisiologis proses reproduksi pada manusia, silahkan klik gambar untuk memperbesar keterangan yang tertulis.






Sumber https://www.generasibiologi.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.